Friday, August 28, 2009

Kartun


Di mana hebatnya Gedung Kartun? Hishamuddin Rais, melalui blognya Tukar Tiub, menyifatkan satira politik dwibulanan ini "majalah kultus", sementara Malaysiakini.com dalam satu laporannya menyebutnya "majalah terulung dalam kelasnya sendiri."

Sebagai seorang ahli karikatur dengan sejarah perkartunan lebih 20 tahun, ketua pengarang majalah ini Zunar memang dikenali tajam, subversif dan pedas hentamannya terhadap pemimpin politik, khususnya kerajaan.

Semua orang mengenali Zunar melalui karyanya di penerbitan-penerbitan politik seperti Detik, Harakah dan juga Malaysiakini.com - sebelum ini bersama majalah klasik dunia humor negara Gila-Gila dan akhbar Berita Harian.

Ledakan peristiwa Reformasi 1998 menonjolkan lagi "kepembangkangan" karikatur Zunar walaupun karya dalam Gila-Gila dan siri kartun "Papa" (bermaksud miskin teramat sangat) di akhbar harian itu sudah menonjolkan sifat kritisnya terhadap persoalan semasa - khususnya lukisannya yang sangat ekonomis.

Tetapi kepembangkangan Zunar ini bukanlah punca kehebatan Gedung Kartun. Majalah edisi sulung ini (atau edisi tunggal?) ada karisma dan auranya yang lain, yang jarang disedari dan diperhatikan oleh peminat karikatur, bahan humor atau penyokong parti politik.

Kalau begitu, ada apa dengan Gedung Kartun?


[ii]

Sebagai sebuah majalah yang mengharapkan belas ehsan permit penerbitan Kementerian Dalam Negeri (KDN), Gedung Kartun sebetulnya telah mencetuskan "revolusi besar" dalam dunia penerbitan negara ini - suatu gejala yang sama sekali radikal, luar jangka, luar kotak analisis dan dengungan kejutan yang membengitkan telinga.

Sama ada sidang pengarangnya, penerbitnya atau Zunar sendiri menyedarinya atau tidak, saya tidaklah pasti. Mungkin tidak menyedari sepenuhnya perkara tersebut.

Atau, bagi diri Zunar, ia berlalu secara sangat alami (di Indonesia, kata ini ibarat natural atau semula jadi dalam bahasa kita) sehingga beliau sendiri tidak merancangnya. Tidak merancang di sini mungkin membawa maksud beliau seorang yang naif. Tidaklah begitu maksud saya. Tetapi kurang lebih, begitulah maksud saya.


[iii]

Gedung Kartun, bagi saya, mencetuskan "revolusi penerbitan" dengan paparan radikalnya itu kerana ia satu-satunya penerbitan - tidak ada majalah atau akhbar yang memerlukan permit penerbitan (PP) tahunan - mengambil langkah "paling gila" sedemikian.

Gedung Kartun, di tangan Zunar, satu-satunya penerbitan berkala dalam sejarah persuratkhabaran Malaysia yang mengemis simpati KDN tetapi berani, bersedia dan nekad sekali "melanggarnya" (baca: fikir ala pemimpin Umno dan pegawai KDN)!

Dalam sejarah 52 tahun kemerdekaan negara, majalah inilah satu-satunya penerbitan yang berani meludah muka PP secara berdepan-depan, dengan angkuh mendabik dada.

Ulang: Satu-satunya penerbitan di negara ini!

Jika penulis politik Ahmad Lutfi Othman, kini ketua pengarang kumpulan Harakah yang baru sahaja dikenakan hukuman gantung PP, melihat gaya persembahan Gedung Kartun vis a vis PP, pastilah beliau akan menggeleng-gelengkan kepala.

Bukan beberapa kali, tetapi pastilah berpuluh-puluh kali!

Sebagai pengusaha media alternatif, Ahmad Lutfi - dan sesiapa sahaja yang tergila-gilakan PP seperti akhbar Karangkraf yang menerbitkan Watan (diharam), Eksklusif (diharamkan) dan Sinar Harian (belum diharamkan tetapi dikekang) - tentunya takjub besar melihat bagaimana Gedung Kartun telah "mensia-siakan" peluang mendapat lesen itu dengan mengeji, memperli dan mengganyang perdana menteri sedemikian rupa.

Tiada belas ehsan langsung pada edisi sulungnya!

Dan ... sewaktu PP itu hanya diperolehi secara lisan, belum secara rasmi menerima surat bahagian kawalan penerbitan KDN.

Isu yang dibangkitkan pula bukan sebarang isu tetapi isu yang pernah menyeret Raja Petra Kamaruddin ke mahkamah (atau ke kem Kamunting?) - Altantuya Shaariibuu - dan isu isterinya Rosmah Mansor yang dituduh "dalang" pemerintahan perdana menteri.

Karikatur Najib, Altantuya dan Mongolia itu bukan disorok-sorokkan di halaman terpencil di dalam majalah sehingga tidak disedari pembaca (seperti semua penerbit yang ketagih PP) tetapi di muka depan!

Subjek perlinya pula bukan calang-calang tetapi sambutan hari kemerdekaan negara!

Entahlah, sememangnya Gedung Kartun benar-benar ingin mencetuskan sejarah revolusi ini atau semata-mata naif dalam dunia penerbitan, terserahlah pada penilaian masing-masing.

Tetapi ia telah memulakannya dan ia telah terpahat dalam sejarah negara... siapa yang ingin memecah rekod Zunar haruslah "lebih gila" daripada Gedung Kartun!!!

Monday, August 24, 2009

Nikmat

There were several regions of activation, but the most striking result, Janniko R Georgiadis says, was how certain regions in the front of the brain shut down during orgasm, especially one just behind the left eyeball.

Researchers have long noticed that damage to this area -- the lateral orbitofrontal cortex -- can leave people with wildly antisocial and impulsive tendencies, including hypersexuality.

Shutdowns in the brain's prefrontal cortex appears crucial, Georgiadis adds. "It's the seat of reason and behavioral control. But when you have an orgasm, you lose control."

Regions called the temporal lobes also showed damped activity. In fact, the less activity these regions showed, the more sexually aroused the women felt.

These deactivations might explain the appeal of autoerotic asphyxiation, the researchers say.

Depriving a brain of blood during sex not only provides a dangerous thrill but also shuts down key brain regions, leading to addictive orgasmic euphorias.


Sumber: "Science of the orgasm" by Regina Nuzzo [The LA Times February 11, 2008]

Friday, August 07, 2009

Bersatulah Rendra!

Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta

Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
Telah diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu

Sesalkan mana yang mesti kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kaurelakan dirimu dibikin korban

Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kaurela dibikin korban

Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu

Dan kau Dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya

Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang 'tidak'
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan
Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya
Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan

Namun
Sesalkan mana yang kau kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan

Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darjat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan

Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu di hujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengahwini para bekas pelacur
Adalah omong kosong

Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.