Tuesday, September 06, 2005

Komunitas 'tanpa' Utan Kayu

Update: Dua lagi berita tentang hal yang telah dilaporkan sebelumnya di bawah, Akhirnya jalur hukum disepakati (Kompas.com, 6 September 2005) dan Sekelompok orang desak tutup kantor JIL (Kompas.com, 6 September 2005)

Komunitas Utan Kayu, sebuah perkumpulan yang dibangunkan selepas majalah berpengaruh besar Tempo diharamkan pada 1994, beberapa hari lalu didesak dibubarkan atau "keluar dari Utan Kayu".

Utan Kayu sebuah daerah di kecamatan Matraman di Jakarta Timur.

Radio 68H, sebagai organisasi media bersama Komunitas ini, juga digesa dibubarkan, selain sebuah lagi kumpulan diskusi agama Jaringan Islam Liberal (JIL).

Malam ini, malam terakhir kata dua itu berakhir -- yang disampaikan oleh sekelompok warga masyarakat di sini -- dalam pertemuan antara wakil-wakil JIL dan Radio 68H pada hujung minggu lalu, 4 September.

Tekanan ini dipercayai merebak selepas keluarnya 11 fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir Julai lalu yang mengharamkan umat Islam menganut sekularisme, liberalisme dan pluralisme. Lihat di sini Menyikapi perbedaan pasca-fatwa MUI (transkrip Radio 68H)

Pada awal Ogos, JIL telah diduga akan diserbu oleh sekumpulan radikal Islam atas nama Forum Umat Islam (FUI) -- dipercayai didalangi Front Pembela Islam (FPI), sebuah kelompok radikal yang mengambil undang-undang di tangan sendiri -- tetapi serbuan itu gagal kerana Komunitas dipertahankan oleh beberapa ratus anggota polis, sukarelawan NU, aktivis demokrasi dan penduduk setempat.

Petang tadi diadakan sidang akhbar di sini, antaranya dihadiri oleh Goenawan Mohamad, penyair dan wartawan kanan Tempo [foto kanan] yang mendirikan Komunitas ini, Saiful Mujani daripada JIL, wakil pemuda Muhammadiyah (sebuah organisasi besar selepas Nahdhatul Ulama), Khairil Astrapradja ketua camat Matraman dan Syamsul Alam ketua rukun warga (RW) di sini.

Pemimpin utama JIL sebelum ini Ulil Abshar-Abdalla menyambung pelajaran di Amerika Syarikat pada awal bulan ini.

Dalam sistem pembahagian geografi dan pentadbiran di sini, sesebuah kecamatan mempunyai beberapa kelurahan (di sini keluarahan Utan Kayu utara) dan di bawahnya dipecahkan kepada rukun-rukun warga.

Dalam sidang akhbar itu, Goenawan menjelaskan sejarah berdirinya Komunitas ini sejak Orde Baru bagi mempertahankan kebebasan berfikir dan bersuara. Beliau juga menegaskan sikap Komunitas ini yang enggan tunduk pada tekanan-tekanan seumpama ini, di luar proses hukum.

Enam pernyataan bersama Komunitas Utan Kayu dibacakan oleh Goenawan seperti berikut:

1. Kami, segenap pekerja kebudayaan, media dan pendidikan di Komunitas Utan Kayu, akan tetap mempertahankan dan mengembangkan kemerdekaan berfikir dan bersuara, seperti yang dijamin UUD (Undang-Undang Dasar).

2. Kami menolak dan mengecam upaya-upaya untuk membungkam perbezaan pendapat dalam bidang pemikiran dan keagamaan.

3. Kami percaya bahawa perbezaan pendapat adalah sebuah rahmat dari Allah SWT, dan penting bagi proses demokrasi di republik kita.

4. Kami tidak bisa menerima sesiapa pun atau kelompok apa pun yang mengatas-namakan Tuhan untuk melakukan tindakan sewenang-wenang apa lagi dengan ancaman mahu pun cara-cara kekerasan.

5. Kami tidak akan membiarkan kekerasan dan kesewenang-wenangan maharajalela, sebab [langkah] ini akan membawa Indonesia ke dalam hukum rimba dan anarki.

6. Kami menyerukan agar aparatur (pihak berkuasa) negara menjaga tertib hukum seperti diamanatkan konstitusi (perlembagaan).

Komunitas ini terdiri daripada beberapa organisasi atau unit lain, selain Radio 68H dan JIL, galeri Lontar, Teater Utan Kayu, Institut Studi Arus Informasi (ISAI), toko buku Kalam, jurnal kebudayaan Kalam, perpustakaan Utan Kayu dan kafe Kedai Tempo.

Baca juga: JIL tidak akan dibubar (Tempointeraktif, 6 Sept) dan juga beberapa pautan di forum AstoraJabat.com.

Kronologi peristiwa (terkini):

2 September - di masjid berdekatan dengan Komunitas warga setempat didesak untuk mendukung pelarangan liberalisme seperti fatwa MUI

4 September - sekumpulan 30 orang yang menamakan diri mereka Forum Umat Islam (FUI) Utan Kayu menganjurkan demonstrasi di Komunitas Utan Kayu. Sepanduk mereka, antaranya, berbunyi "Kami mendukung fatwa MUI dan desak Muspika Matraman untuk mengusir JIL dan antek-anteknya", "JIL haram, darah Ulil halal"

- demonstrasi ini (yang tiba-tiba) diadakan sejurus sebelum pertemuan (anjuran Radio 68H) bertujuan meredakan dan menjelaskan beberapa isu negatif yang berkembang sejak terbitnya fatwa MUI terbabit.

- turut hadir dalam pertemuan itu, selain beberapa wakil stesen radio dan JIL, ketua camat, polis dan ketua warga.

- dalam pertemuan itu, wakil FUI Utan Kayu menggesa Muspika (musyawarah pimpinan kecamatan) Matraman membubarkan Radio 68H, JIL dan Komunitas Utan Kayu

5 September - wakil FUI Utan Kayu ke Komunitas dengan menawarkan 'langkah rundingan baru', yakni stesen radio boleh terus beroperasi tetapi JIL harus dibubarkan. Jika syarat ini dipenuhi, wakil itu berjanji Komunitas Utan Kayu tidak akan diserang oleh FPI (Front Pembela Islam)

6 September (hari ini) - malam ini tarikh akhir untuk beberapa pihak untuk menurunkan tandatangan mendukung desakan FUI Utan Kayu. Sebarang kejadian tidak diingini tidak dijamin oleh FUI Utan Kayu, saya dimaklumkan.

3 comments:

Anonymous said...

Most Business Travellers Avoiding Use of Hotspots
A survey by Gartner reveals that most business travellers have not yet taken advantage of hotspots while travelling as well as those located in airport terminals.
Hey, you have a great blog here! I'm definitely going to bookmark you!

I have a poker tour us site. It pretty much covers poker tour us related stuff.

Come and check it out if you get time :-)

Aqil Fithri said...

Fathi, aku rasa ko harus tangguhkan untuk kembali ke malaysia dalam waktu yg terdekat nih.

Jika tidak, barangkali ada info2 penting tentang ini yg akan terlepas nanti , hehehe...

ko pernah sebut kat aku yg Ulil pernah cakap kat Forum, "semakin luas sebaran Islam, semakin dangkal pemikiran ummat".

Nah, peristiwa ini salah satu buktinya!

Anonymous said...

ya, ulil jil ada cakap begitu di kemang sewaktu pelancaran buku tebal yang aku kasi hari tu

Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF, ed. (2005) Islam, negara dan civil society: Gerakan dan pemikiran Islam kontemporer, Jakarta: Paramadina

buktinya? atau ... mungkin golongan garis keras ini hanya bertopengkan agama sahaja. Jgn lupa militer (tentera) ada hubungan dengan kelompok ini ... faomar@yahoo.com