Ada daya tarikan yang memuaskan khayalan, intelek dan nafsu (juga rohani) dalam karya ini, Life is Elsewhere -- tentunya buah tangan Milan Kundera.
Untuk bacaan penutup tahun, selepas Czeslaw Milosz The Captive Mind, dua karya kreatif ini ada beberapa tema atau insiden yang saling bertautan, dan selalunya pula fundamental, antara satu sama lain.
Antaranya, persoalan kekangan kreativiti yang dipaksakan negara melalui ideologi seni "realisme sosialis" -- mengingatkan saya debat (dan tekanan) yang ditimpakan oleh Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) terhadap Manifes Kebudayaan (Manifes) di Indonesia pada 1963-64.
Lekra, yang didukung parti komunis republik itu PKI, pendukung utama ideologi seni tersebut. Saya pernah mengupas hal ini dalam Mingguan Malaysia (8 Jun 2003) 'Ruang awam untuk sasterawan' dan juga buku Patah Balek: Catatan terpenting reformasi (2005), 'Seniman, sasterawan hilang arah' (hal. 120).
Saya terganggu, pedih dan sedih, mengenangkan bagaimana penulis kreatif, seniman, wartawan dan intelektual terpaksa tunduk dan terkorban dalam memenuhi kejahatan politik negara (dalam kes Milosz, di Poland).
Sesiapa yang masih ada kesedaran nurani akan berpura-pura dan selebihnya memamah ideologi seni ini sebagai alat untuk mendaki tangga-tangga keselesaan hidup dan merelakan diri mereka alat kejahatan negara yang menindas teman-teman mereka sendiri.
Apakah mereka ini seumpama beberapa "ekor" orang seni kita (termasuk yang sudah tua-tua) yang rela diperkudakan negara untuk menguasai badan-badan seni kita, termasuk mencincang skrip teater (apabila menduduki jawatankuasa menapis skrip DBKL)?
Gaya Kundera (foto kiri) lebih berbentuk sasterawi berbanding Milosz yang menulis stail analisa berita walau kedua-duanya hasil kerja cereka (yang ini menghairankan saya -- bagaimana The Captive Mind dikelaskan sebagai fiction/literature, bukan non-fiction?)
Paul Theroux, pada Julai 1974, menulis empat tahun selepas Kundera memaparkan konflik dan jiwa Jaromil dan ibunya Maman (dua watak utama) dalam novel yang mengasyikkan ini:
A writer who keeps his sanity long enough to ridicule his oppressors, who has enough hope left to make this ridicule into satire, must be congratulated. And Kundera's humor is impossible elsewhere.
One can't imagine his particular situations growing out of anything but a combined anger and fascination with the cut-price Stalinists who have the whip- hand in Prague, "that city," he says, "of defenestration. . . ."
Dalam novel ini, banyak ungkapan dan cebisan cerita yang wajar dikutip dan dikongsikan, khususnya bait-bait puisi, tetapi di sini saya terpikat dengan tema "kebebasan" (halaman 46 -- namun, perlu ditegaskan, tema kebebasan ini juga sangat sebati dengan puisi, penjara puisi dan paradoks-sekatan terhadap pemuisi):
"I don't want anything from you except your freedom. I want you to give me your own complete free-ness as a gift!"
(kata pelukis lelaki itu kepada Maman sewaktu gelora godaan merembes ke dada masing-masing)
"The worst thing is not that the world is unfree, but that people have unlearned their liberty"
(katanya, merayu lagi... sewaktu keinginan Maman semakin sukar menepis bisikan itu).
Tetapi ibu Jaromil, anak muda yang ingin menjadi penyair besar, sewaktu suaminya tidak memuaskan hasrat batinnya kerana lebih setia pada kekasih baru, seorang gadis Yahudi (tentu tanpa pengetahuan Maman atau anak mereka) sukar sekali menghayati kebebasan itu.
The harder she tried to learn how to be free, the more difficult a task her freedom became. It turned into a duty, into something for which she had to prepare at home (....), such that she began to groan under the imperative of freedom as if under a heavy burden.
Sewaktu membaca babak-babak asmara ini, kadang-kadang ingatan saya menerawang mengenangkan Rahmat, Hisyam dan Munirah (juga gadis-gadis desa Kampung Batu Ragi) dalam Saga, ciptaan A Talib M Hassan, novel (pemenang anugerah sastera Gapena 1976) yang mengganggu fikiran ini sewaktu usia saya sebaya Jaromil.
Tetapi jangan cepat membuat kesimpulan, Life is Elsewhere bukanlah novel cinta atau seks. Sekali lagi meminjam Theroux, novel ini tentang politik, ia mengenai "... revolves on a single political proposition: that in a society with strict rules a poet risks betraying his lyricism."
Pada muka surat 121, tercatat:
Freedom does not begin when parents are rejected or buried; freedom dies when parents are born.
He is free who is unaware of his origin.
He is free who is born of an egg dropped in the woods.
He is free who spat out from the sky and touches the earth without a pang of gratitude.
Keseluruhan novel ini berpaksi pada isu kawalan (bayangan imej ibu yang mengikat leher si anak, paradoks jiwa Jaromil dan sistem politik kekangan) dan pertarungan watak-watak ini untuk bebas daripada kawalan-kawalan itu. Walau ada waktunya penyair remaja ini menyimpan pertentangan dalam dirinya sendiri tanpa dia sedari.
Misalnya dia inginkan sajak-sajak lirik (lyrical poetry) karangannya diterbitkan tetapi karya seni seumpama itu tidak akan (atau sukar sama sekali) diterbitkan dalam era politik komunisme (yang berpegang pada "realisme sosialis" atau karya seni yang menjilat kepentingan ideologi anti-kelas semata-mata) di Chechoslovakia.
Jaromil, sewaktu beriya-iya mahu menerbitkan sajak-sajak liriknya, mendukung (dan suka pada) Revolusi Komunisme. Dia malah dengan angkuhnya melaporkan kepada polis bahawa abang, yang ingin melarikan diri ke luar negara, kepada kekasihnya sendiri! Dan, berasa bangga dengan itu (hal. 260-62)!!
Akibatnya dia kehilangan kekasih hati sendiri, yang dibawa polis kerana dianggap bersekongkol (hal. 264): the majesty of duty [yakni: melaporkan kepada polis sebagai "seorang warga negara yang baik"] grows out of the bloody, split head of love!
Kundera mengingatkan kepada pembaca, kepada kita semua: Hati-hati bukan Jaromil seorang yang boleh berkelakuan begini. But his [Jaromil's] monstrosity is potentially contained in us all. It is in me. It is in you. (hal. 310)
Sajak-sajak lirik yang menguasi jiwa si penyair Jaromil, dalam novel Kundera ini, dijadikan pentas kritik pengarang bagaimana politik mengawal kespontanan jiwa dan pemikiran anak muda. Sajak lirik dianggap simbol keremajaan atau kemudaan.
Kundera menjelaskan tujuan dan latar penulisan novel di bahagian 'pasca-tulis' (atau, post-script) di halaman 309-11 edisi Faber and Faber (1990). Saya kutip agak panjang satu perenggan yang pernah menggoncang fikiran Kundera, tidak jauh gegaran moral pada Milosz:
I heard my admired French poet Paul Eluard publicly and ceremonially renounce his Prague friend whom Stalinist justice was sending to the gallows.
This episode (I wrote about it in The Book of Laughter and Forgetting) hit me like a trauma: when an executioner kills, that is after all normal; but when a poet (and a great poet) sings in accompaniment, the whole system of values we considered sacrosanct has suddenly been shaken apart.
Nothing is certain any longer. Everything turns problematic, questionable, subject of analysis and doubt: Progress and Revolution. Youth. Motherhood. Even Man. And also Poetry.
I saw before me a world of shaken values and gradually, over many years, the figure of Jaromil, his mother and his loves took shape in my mind. (hal. 310)
Untuk lebih perinci pemikiran dan gaya Kundera, lihat 'The Back Half: Unbearable stardom' (New Statesman, 23 Oktober 2003)
Tentang kawalan ibu yang konservatif, seumpama Maman dan anaknya Jaromil, saya teringatkan novel (dan kemudian difilemkan) karya Elfriede Jelinek, pemenang Hadiah Nobel sastera 2004, The Piano Teacher -- sebuah karya (saya tonton filem sebetulnya, belum membaca novel) yang cukup menekan dan mengganggu!
Edisi Indonesia karya ini sedang diusahakan (setakat September 2005 -- sewaktu saya di Jakarta), antaranya, oleh Ayu Utami daripada teks-teks Jerman dan Inggeris.
(kemas kini terakhir, 27 Dec 2005)
Sunday, December 25, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Terima kasih atas perkongsian bicara yg penuh dengan satira dan parodi. semoga terus berhubungan nanti..
Ya Attokz, saya tidak perasan pembicaraan yang bersatira dan berparodi itu; mungkin teman saya. Tetapi saya fikir perbualan saya straight forward sahaja. Bagaimanapun, ia satu pertemuan yang memikat, yang boleh dilanjutkan lagi. Terima kasih kerana teman2 GengJurnal hadir. Harap kita akan terus bertemu faomar@yahoo.com
Post a Comment