Sunday, April 30, 2006

Pram

Salut untuk Bung Pram
-- kehilangan yang abadi dari bumi Indonesia.
Salut buat Bung, selama-lamanya!

Beberapa sumber rujukan tentang tokoh besar ini boleh diperolehi di sini: Pramoedya Ananta Toer (i), Pramoedya Ananta Toer (ii), Tokoh Indonesia.com, dan Answers.com dan tiga buah bukunya (terjemahan bahasa Inggeris) yang diterbitkan kumpulan Penguin.

11 comments:

Anonymous said...

Fathi kadang-kadang terfikir juga kenapa kita perlu mengenang kembali detik kegemilangan selepas terjadi sebuah kematian?

Anonymous said...

Detik kegemilangan siapa? Si mati? Tidak hanya detik kegemilangan, tetapi detik ke-tak-gemilangan akan dikenang orang juga.

Seseorang akan dikenang oleh orang lain (sedikit atau ramai), tergantung pada saat/sisi manakah yang paling diingatinya --- boleh jadi manis, pahit, masam atau biasa-biasa.

Ini isu biasa Mat Arau. Kalau ada yang baik (dari si mati) dijadikan teladan; kalau tidak baik (dari si mati) dijadikan sempadan.

Pada dasarnya begini, orang yang mati disebut "menamatkan riwayatnya" atau "tutup buku". Jadi, ia dianggap telah ada track record dan proven

Amin Ahmad said...

haha..Fathi, nape takde tribute untuk Encik Ghafar Baba?

Anonymous said...

Untuk Tun Ghafar? Aku demam. Kedua, aku niat nak tulis kat mStar Online hari itu. Mungkin beberapa minggu ke depan kot! - fathi

Anonymous said...

Pramoedya......

Ya...... Lekra....Demokrasi Terpimpin....Nasakom.....Manipol...Usdek....Trikora....Dwikora......
Manikebu....Orba.....Reformasi......

Ahhh.... beware of hero worshipping.... or is it beware of worshipping heroism......?

Have we learn from history?

Anonymous said...

bung fathi,

aku ingin sekali tahu tentang perkembangan arus seni rupa di Malaysia. bisa kamu tulis sesuatu tentang itu?

Anonymous said...

Fathi,
(ini tentang artikel 'pemuzik tempatan tidak kompetitif')

kepada pemuzik lokal, apa yang perlu ditakutkan? anda sudah cukup bagus ketimbang pemuzik dari luar (indon). tinggal lagi, peminat lokal yang masih mempunyai sikap prejudis terhadap hasil karya anak tempatan. kita kan memang selalu begitu, sering menyanjung yang datang dari luar.

Aku mendengar (juga menilai) band lokal seperti love me butch, seven collar t-shirt, butterfingers, pop shuvit (sekadar menyebut beberapa grup), yang mana mutu muzik mereka setaraf (malah lebih hebat) berbanding setengah band dari seberang.

Cuma pakej mereka mungkin tidak menepati selera pendengar lokal yang kebanyakannya masih mendengar wajah (bukan muzik). Satu lagi, aku juga terfikir mengapa band lokal ini tidak mahu buat lagu melayu yang mungkin lebih mendekatkan mereka dengan pendengar melayu. atau mungkin anda kurang percaya dengan bahasa sendiri. kalau begitu, anda sudah silap besar!

Anonymous said...

Tak sempat pak pram melihat hasil karyanya yang hendak difilemkan...

-akhdan

Anonymous said...

Many Malaysian writers should emulate Pak Pram......

Pak Pramoedya is a writer who had a great concern for people....... his writings, many of them focuses on people.... the marhaen or wong cilik kind of people....

A good example is Gadis Pantai... which is widely read as a critique to the establishment (priyayi class).......

Not many writers especially in Malaysia are up to that standard....

But there is a lot things (so many things..... so many...) for Malaysian writers to write on......

If you live in KL... just walk around Kampung Baru.... and lo and behold...... there is a "living specimens" for you to focus on......

Perhaps one may contrast between the air-conditioned halls of KLCC Suria to the hot, humid and dirty back streets of Kampung Baru....

The rest is of course up the writers' imagination....

Mau jadi penulis seperti Pram?
Bisa dong, tapi harus jujur dan berani mempersoalkam masalah sosial; dan harus bisa menulis dalam gaya dan bahasa yang difahami masyarakat setempat....

Aqil Fithri said...

orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah ... menulis adalah berkerja untuk keabadian - Pram, dalam Khotbah Dari Jalan Hidup

Amin Ahmad said...

Pram telah pergi. Baik buruk sisi hidupnya yang kita tahu tinggal jadi bahan untuk kita teladani dan sempadani.

Yang hidup ni dok buat apa? Haha..tanya diri sendiri..