Gertak

Tahun lepas, awal tahun begini, saya telah melihat gejala yang menakutkan.

Disebarkan oleh kumpulan-kumpulan agama dengan niat dan agenda tersembunyi, dengan herotan maklumat dan bantutan logika, gejala ini saya sebut "gertak sosial", idea yang kemudiannya dikutip oleh Astora Jabat dalam artikelnya di Mingguan Malaysia ('Gertak sosial takutkan umat Islam', 5 Jun 2005).

Sebelumnya saya jelaskan di kolum saya 'Tiada Noktah' (Malaysiakini.com, 16 Mei 2005). Antara lain saya menyebut:

"Memang kata ‘Islam Liberal’ – cuba dikaitkan dengan JIL atau beberapa wacana ‘bergengsi’ di beberapa negara Islam – sudah ada pada aktivis agama kita. Namun, belum meluas. Tetapi peristiwa-peristiwa politik pada bulan-bulan terakhir [sejak awal 2005] di Malaysia mengetengahkan ungkapan dan label itu ke tingkat wacana popular masyarakat kita. Ia mahu dirembeskan ke ruang kesedaran awam.

"Label ‘Islam Liberal’ dijadikan sejenis ‘gertak sosial’ yang menakutkan supaya sebarang wacana perubahan dalam pemikiran umat Islam atau kritik agama mengalami jalan buntu. Sebab itu, pada hemat saya, label yang dibawa oleh aktivis agama kita ini akan membantut proses perubahan pemikiran orang Melayu. Ia boleh mencipta mental block atau hadangan nalar yang baru."

Dari hari ke hari, kita lihat arus pemikiran, politik dan budaya kita sedang dikepung oleh gejala ini -- sama ada disebarkan oleh kelompok agamawan, media massa Melayu atau oleh kuasa politik pemerintah. Ia tidak lain dan tidak bukan kecuali untuk mencipta satu dampak: "perasaan tidak selamat", sense of insecurity, di kalangan orang Melayu-Islam.

Politik identiti, identity politics, dan juga isu-isu "keruntuhan akhlak" (remaja dan anak muda?), atau "pengaruh Barat" (ada agenda?) termasuk dalam kempen yang sama, dengan tujuan yang sama, dan mengirim dampak yang sama ke dalam fikiran kita.

Cara kempen anti-karikatur Denmark itu berjaya menutup akhbar Sarawak Tribune dan menggantung akhbar Guang Ming Daily -- tanpa kita membantah, tetapi mendukung tindakan ini dengan penuh rela. Malah, kita mengecam pula sesiapa yang cuba membantah tindakan Kementerian Keselamatan Dalam Negeri (KKDN) dan cuba merasionalkan kita semua!

Berikut saya sertakan kutipan artikel menarik 'The global ideology of fear' karangan Tariq Ramadan, seorang tokoh pemikir Islam yang kritis, tentang bagaimana arus sejagat mencipta 'gertak sosial':

Global terrorism and the global war against terrorism both fuel, in equal and pernicious ways, the global ideology of fear.

When we examine the countries of the West or those of the South, particularly where the population is primarily Muslim, we can only conclude that fear is omnipresent and deeply ingrained. It is having an unmistakable impact on the way human beings perceive the world. We can observe at street level three principal effects:

First, fear, naturally and often unconsciously, breeds mistrust and potential conflict with the “Other.” A binary vision of reality begins to impose the outlines of a protective “us” and of a threatening “them.”

The second effect derives from the absolute domination of emotions in our relationships with the Other and of emotional responses to events. When fear rules, emotions undermine rational analysis. In such a state, we condemn the consequences of some action and reject the individuals who commit it, but we don’t seek to understand what led to such action.

The third consequence is as paradoxical as it is startling: We may well live in the communication age, but human beings seem to be increasingly less informed.

We have witnessed the multiplication of “communication superhighways” that diffuse a dizzying excess of information in real time, saturating the intelligence and making it impossible to place facts in perspective. The communication age is an age of non-information. We are passive receptors of reality and of facts; it is as if we have no grasp on how they come to be.

Swept away by our emotions; trapped in binary, reductive logical structures; and lost in the rising tide of “as it happens” events and politics, it has become impossible for us to see, to understand or even to hear the Other.

In short, the ideology of fear has produced a devastating deafness ....

>>> Teks lengkap di sini, 'The global ideology of fear' (New Perspectives Quarterly, Vol. 23 # 1, Musim Dingin 2006)